Pages

Banner 468 x 60px

 

Sabtu, 06 April 2013

Metrologi, Bukan Meteorologi

0 komentar
Metrologi tak semestinya selalu disalahartikan dengan meteorologi yang ilmu cuaca itu. Metrologi juga tak seharusnya tinggal diam dalam laboratorium-laboratorium steril para peneliti tanpa terjamah pemahaman publik. Metrologi adalah hal yang sangat penting.
“Mulai dari kue basah yang bisa awet seminggu sampai produk colokan listrik yang harus pas dengan soketnya, orang sebenarnya tak pernah lepas dari segala bentuk pengukuran,” kata Dede Irawan, Kepala Divisi Metrologi di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi LIPI.
Mengabaikan metrologi bahkan bisa sangat fatal. Dunia penerbangan dan kesehatan adalah dua contohnya yang sangat mudah. Apa jadinya ketika altimeter dalam kabin pesawat tidak akurat 10 persen, misalnya. Pesawat yang seharusnya terbang di ketinggian 30 ribu kaki bisa melayang lebih tinggi atau rendah 3.000 kaki. “Ini berbahaya karena selisih ketinggian yang aman itu hanya sampai 500 kaki,” kata Donny Purnomo, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Akreditasi Laboratorium Kalibrasi di Badan Standardisasi Nasional.
Dede menjelaskan bahwa kualitas itu memiliki banyak aspek. Satu di antaranya bagaimana sebuah alat sesuai dengan spesifikasinya. “Inilah kenapa perlu pengujian-pengujian,” tuturnya.
Sayang, pemahaman akan pentingnya pengujian-pengujian itu terjadi sangat lamban. Korea Selatan, yang memiliki waktu start yang sama dengan Indonesia dalam membangun akreditasi dan standardisasi nasionalnya pada 1975, kini telah melejit sangat jauh. Malaysia dan Thailand, yang hitungannya lebih telat, pun sudah lebih maju.

 sumber: Koran Tempo

0 komentar:

Posting Komentar