Metrologi tak semestinya selalu disalahartikan dengan meteorologi
yang ilmu cuaca itu. Metrologi juga tak seharusnya tinggal diam dalam
laboratorium-laboratorium steril para peneliti tanpa terjamah pemahaman
publik. Metrologi adalah hal yang sangat penting.
“Mulai dari kue basah yang bisa awet seminggu sampai produk colokan
listrik yang harus pas dengan soketnya, orang sebenarnya tak pernah
lepas dari segala bentuk pengukuran,” kata Dede Irawan, Kepala Divisi
Metrologi di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi
LIPI.
Mengabaikan metrologi bahkan bisa sangat fatal. Dunia penerbangan dan
kesehatan adalah dua contohnya yang sangat mudah. Apa jadinya ketika
altimeter dalam kabin pesawat tidak akurat 10 persen, misalnya. Pesawat
yang seharusnya terbang di ketinggian 30 ribu kaki bisa melayang lebih
tinggi atau rendah 3.000 kaki. “Ini berbahaya karena selisih ketinggian
yang aman itu hanya sampai 500 kaki,” kata Donny Purnomo, Pelaksana
Tugas Kepala Bidang Akreditasi Laboratorium Kalibrasi di Badan
Standardisasi Nasional.
Dede menjelaskan bahwa kualitas itu memiliki banyak aspek. Satu di
antaranya bagaimana sebuah alat sesuai dengan spesifikasinya. “Inilah
kenapa perlu pengujian-pengujian,” tuturnya.
Sayang, pemahaman akan pentingnya pengujian-pengujian itu terjadi
sangat lamban. Korea Selatan, yang memiliki waktu start yang sama dengan
Indonesia dalam membangun akreditasi dan standardisasi nasionalnya pada
1975, kini telah melejit sangat jauh. Malaysia dan Thailand, yang
hitungannya lebih telat, pun sudah lebih maju.
sumber: Koran Tempo
Sabtu, 06 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar